, APAC
879 view s

Mantan orang luar ini kini menjadi salah satu eksekutif papan atas industri asuransi di Asia

Damien Green baru-baru ini menjadi pemimpin baru  Manulife Asia.

Damien Green tidak pernah berencana  menduduki posisi tinggi, apalagi berkarir, di industri asuransi. Dia pertama kali bekerja dibidang pengelolaan dana pensiun di Australia, memperbaiki dan meningkatkan tabungan pensiun kliennya. Di sana ia belajar banyak tentang pentingnya asuransi, khususnya asuransi untuk kematian dan penyakit keras.

Kini, dia menjabat sebagai CEO Manulife Asia, setelah dipromosikan pada 2022 dari  posisi sebelumnya sebagai CEO Manulife Hong Kong.

Dalam sebuah wawancara eksklusif, Insurance Asia mengenal lebih jauh tentang Damien dan pengalamannya sebagai pemimpin asuransi di Hong Kong, pemikirannya tentang isu-isu di industri, dan bagaimana dia berencana memimpin Manulife Asia menjadi perusahaan asuransi nomor satu di Asia.

Apa yang paling menarik di industri asuransi?

Apa yang saya pelajari di industri asuransi jiwa Asia adalah keseimbangan sebuah pasar yang matang dan pertumbuhan yang tinggi dengan distribusi yang kuat. Sangat memotivasi untuk berpartisipasi dalam segmen layanan keuangan utama di Asia.

Asuransi jiwa adalah bisnis untuk masyarakat. Tugas kita adalah memberi orang secarik kertas dengan janji tertulis di atasnya. Dari penasihat, agen, dan orang-orang di garis depan—semua orang bersemangat dengan tujuan kami, yaitu membuat janji jangka panjang dan menepati janji tersebut dengan memastikan kami memiliki solusi yang tepat sesuai  kebutuhan mereka..

Kami juga berkontribusi kepada masyarakat tempat kami beroperasi. Misalnya, di Hong Kong, kami meluncurkan Program Ketahanan Kesehatan Manulife untuk masyarakat lanjut usia dengan Pusat Layanan Keluarga Kristen. Hal ini bertujuan memberikan 1.000 konsultasi medis online untuk masyarakat lanjut usia yang membutuhkan di distrik Kwun Tong dan Wong Tai Sin, dengan dukungan menyeluruh dalam membantu membangun kesehatan mereka dari rumah mereka masing-masing. Program ini mencakup konsultasi online dengan praktisi medis dari Cina dan Barat serta pengiriman obat-obatan.

Bisakah Anda berbagi dengan kami hal-hal yang Anda pelajari saat bekerja dengan perusahaan top di industri ini?

Saya hanya bisa merangkumnya menjadi satu. Budaya untuk menang. Jika saya melihat perbedaan antara perusahaan asuransi jiwa besar saat ini, produknya umumnya sama. Mereka semua sangat kompetitif. Yang membedakan semuanya adalah budaya. Kami fokus mendukung dan memberi energi kepada karyawan kami dengan meruntuhkan hierarki dan memastikan bahwa orang-orang merasa nyaman dengan diri sendiri. Kami juga terus mendorong keragaman di Manulife, termasuk melalui Employee Resources Groups (ERG) di Asia. Mereka memainkan peran penting dalam pengembangan dan penerapan keragaman, kesetaraan, dan inklusi atau Strategi DEI kita. Secara global, kami memiliki 13 ERG, dengan 31 chapter dan lebih dari 13.000 anggota.

ERG kami memberi pandangan terhadap masalah keragaman, kesetaraan, dan inklusi yang menjadi perhatian utama karyawan kami serta membantu mengidentifikasi peluang di mana kami dapat memainkan peran yang lebih kuat, dan membuat kami bertanggung jawab atas strategi dan komitmen.

BACA JUGA: Manulife launches learning platform for insurance advisors in Asia

Menurut Anda apa masalah utama yang harus diprioritaskan  perusahaan asuransi?

Yang terpenting adalah industri bergerak untuk memiliki pola pikir pascapandemi. Di Manulife, kami sekarang mencari cara  mempercepat pertumbuhan secara signifikan, berinvestasi besar-besaran, dan fokus pada peluang di depan kami seperti kesenjangan perlindungan yang besar di Asia.

Menurut penelitian Swiss Re, Asia Pasifik ada kesenjangan perlindungan kematian sebesar $119 triliun di 2030. Untuk memberi Anda gambaran tentang seberapa besar itu akan tumbuh, di 2019, angka itu pertama kali dihitung sebesar $77 triliun. Tapi apa yang mendorong kesenjangan? Itu adalah kelas menengah yang sedang naik daun. Saat ini kami mengharapkan kelas menengah di Asia tumbuh dari 2 miliar orang di 2020 menjadi sekitar 3,5 miliar di 2030, itu adalah peningkatan 73%.

Karena standar hidup lebih tinggi dan pendapatan lebih tinggi, biaya terkait hilangnya sumber pendapatan utama karena kematian juga menjadi jauh lebih tinggi.

Bisakah Anda ceritakan tentang hari-hari Anda sebagai CEO Manulife Hong Kong? Apa pencapaian utama yang paling Anda banggakan?

Manulife Hong Kong dan Makau merayakan 125 tahun kiprahnya di bisnis asuransi dan merupakan perusahaan asuransi jiwa terlama yang terus beroperasi di Hong Kong. Yang paling saya banggakan dari apa yang telah dicapai Manulife Hong Kong adalah rekor pertumbuhan agen. Kami sekarang memiliki lebih dari 11.000 agen, dengan tingkat pertumbuhan satu digit yang tinggi sejak awal pandemi sementara pasar  dalam kondisi sedang mundur, dengan jumlah agen menurun di pesaing utama kami.

Hal ini dicapai melalui program-program keterlibatan keagenan seperti program CEO untuk agen-agen muda kami, yang bertujuan mendatangkan agen-agen potensial berkinerja tinggi dari industri lain. Hal lain yang saya banggakan adalah rekor penjualan asuransi kami yang tinggi. Kami telah melampaui tingkat pra-pandemi 2019, dengan nilai bisnis baru mencapai $115,93 juta (HK$910 juta) dan premi tahunan yang setara dengan $170 juta (HK$1,31 miliar). Kami telah melakukannya dengan menciptakan produk-produk hebat dan kemitraan yang luar biasa seperti kemitraan eksklusif kami dengan DBS di Hong Kong.

Dengan Anda memimpin Manulife Asia, apa tujuan Anda?

Kami  bertujuan menjadi Perusahaan Asuransi Jiwa nomor satu di Asia. Saat ini, kami berada di tiga besar dan kami adalah yang terkuat dari ketiganya. Di Asia, kami hadir di 13 pasar dengan 13 juta pelanggan dan lebih dari 100.000 agen. Kami memiliki 100 kemitraan bancassurance, dengan 10 kemitraan eksklusif dengan kemitraan 16 tahun dengan DBS.

Follow the link for more news on

Analisa data, kunci kesuksesan AIA Indonesia dalam mengatasi penipuan

Prosedur operasional standar dan penyidik yang terlatih menjaga AIA Indonesia tetap terkendali.

CEO mengungkapkan bagaimana perusahaan-perusahaan Indonesia dapat fokus pada pertumbuhan di tengah regulasi baru

Sementara pasar menuju pertumbuhan, regulasi baru mempersempit keberadaan perusahaan asuransi.

Asei dan Seoul Guarantee teken MoU

Kerja sama ini bertujuan memperkuat jaminan dan asuransi kredit di Indonesia.

Fintech Indonesia melindungi 200.000 nasabah melalui kolaborasi Qoala & Sompo

JULO Protect Plus adalah perlindungan asuransi pertama yang embedded dalam solusi kartu kredit virtualnya.

bolttech, HAVA.id bermitra untuk perlindungan perangkat UKM

UKM  Indonesia juga dapat menikmati garansi perangkat tambahan selama 12 bulan.

Bagaimana Grandtag memberikan keamanan bagi orang terkaya di Asia

CEO regional Grandtag Financial mengungkap bagaimana 'asuransi jiwa jumbo' menarik UHNWI di Asia.

Asuransi Cina menganggap bijaksana untuk beralih ke investasi alternatif

Analisis melihat regulasi baru mendorong pergeseran konservatif saat asuransi mencari stabilitas di tengah pasar yang bergejolak.

Indonesia mempertimbangkan wajib asuransi TPL

Langkah ini didorong oleh meningkatnya jumlah kecelakaan di jalan raya.

Risiko reasuransi meningkat di Tokio Marine Indonesia

Sebagai perusahaan asuransi umum kecil di Indonesia, TMI memiliki pangsa pasar sebesar 2,1%.

Apakah ‘Londonisasi’ baik untuk pasar asuransi M&A Asia?

Para ahli industri membedah tingkat penggunaan yang rendah di wilayah ini untuk asuransi M&A meskipun semakin banyak pemain industri yang masuk ke arena ini.